budaya lokal

  • Jul 04, 2022
Kampoeng budaya

Istilah "Mberot" merupakan salah satu frasa yang sering terdengar, terutama di kalangan masyarakat Jawa Timur ketika pertunjukan seni Bantengan di suatu daerah. Istilah ini kerap menimbulkan ketakutan di kalangan beberapa orang, karena dalam pergelaran Bantengan, replika kepala banteng yang dipegang oleh seseorang dapat mengancam orang-orang di sekitarnya. Dalam penampilan Bantengan, dua individu terlibat yang berperan sebagai kaki depan dan kaki belakang dari karakter banteng. Pemain yang mengendalikan kepala banteng bertanggung jawab atas gerakan tarian Bantengan, tetapi sering kali mengalami keadaan "mberot". Sementara itu, orang yang berperan sebagai kaki belakang bertugas sebagai ekor, dan kedua posisi ini umumnya diisi oleh laki-laki.

Seni tradisional yang sering dihadirkan dalam berbagai perayaan seperti karnaval, khitan, pernikahan, atau festival di Jawa Timur adalah tarian Bantengan. Kesenian khas ini memiliki dimensi sakral, berfungsi sebagai upaya tolak bala, penghormatan kepada leluhur, dan sebagai wujud usaha pelestarian seni budaya tradisional.

Para penari tarian Bantengan mengenakan kostum berwarna hitam lengkap dengan topeng berbentuk kepala banteng yang terbuat dari kayu. Kepala banteng ini dilengkapi dengan tanduk asli kerbau atau banteng. Saat pertunjukan berlangsung, tarian Bantengan ditemani oleh musik khas, termasuk harmoni dari alat musik gamelan, angklung namun di zaman sekarang sudah banyak yang langsung menggunakan sound system dengan pilihan musik tetap khas Jawa. Yang unik, keberhasilan pertunjukan diukur dari orang yang berperan sebagai kepala banteng, yang dianggap berhasil jika mengalami kesurupan. Biasanya, jika kepala mengalami kesurupan (mberot), maka orang bagian belakang juga akan mengalami pengalaman serupa. Kesurupan ini sering dipicu oleh figur-figur seperti irengan dan abangan, yang mengenakan kostum serba hitam dan merah, memberikan sentuhan unsur magis yang masih terasa kuat dalam kesenian ini hingga saat ini. Arti dari istilah "mberot" sendiri berasal dari bahasa Jawa Timuran yang berarti berontak, marah, atau mengamuk, menciptakan analogi dengan kekuatan luar biasa seperti seekor sapi yang berontak dan mampu lari jauh karena marah. Inilah makna di balik istilah "Mberot Bantengan," sebuah warisan budaya seni khas Jawa Timur yang kaya akan elemen magis.